Rabu, 17 Februari 2010

JAWABAN TERHADAP PERTANYAAN GENERASI MUDA RAMBE DI FACEBOOK

MENJAWAB PERTANYAAN
GENERASI MUDA RAMBE DI “FACEBOOK”

maaf selama ini saya dalam keadaan sakit jadi tidak masuk kantor hampir satu bulan. akan tetapi saya sangat berbhagia karena apabila saya buka facebook saya dari HP sangat banyak saudara saya rambe yang berdoa agar saya cepat sembuh. terimakasih untuk semua, dan saya sudah mulai masuk kantor.
Setelah saya cek kembali HP, saya sangat terharu, karena kahanggi mempersoalkan tentang Baginda So Juangon Rambe
Saudaraku, dengan penelusuran sendiri dan sampai sekarang pun saya masih menelusuri tentang masalah-masalah yang kita hadapai di Rambe dengan maksud agar jelas dan tau kita memanggil apa? kepada siapa?.
Tuan Sumerham, adalah anak pertama dari Toga Simamora, lahir dari boru Sariburaja bersama satu orang putri yang buta (menurut sejarah yang terdapat di pustaha), sedangkan Purba Manalu dan Debataraja lahir dari istri ke dua, boru Lontung, bekas istri Toga Sihombing. Baik Toga Simamora dan Toga Sihombing bermukim di Tano Tipang Bakkara. Tuan Sumerham beristerikan boru Siregar. Akan tetapi dalam waktu sekian lama berumah tangga belum dikaruniai sat orang anak, selama tinggal bersama saudaranya Purba Manalu Debataraja. Padahal ketiga saudaranya itu masing-masing sudah mempunyai anak. Tuan Sumerham dan boru Siregar merasa terhina di hadapan ketiga Saudaranya, dan memang selalu dihina oleh para istri ketiga saudaranya. Akhirnya, mereka hijrah dari tano tipang Bakkara menuju suatu tempat yang belum mereka ketahui. Tibalah Tuan Sumerham dengan isterinya Tiopipian br. Sitregar di suatu tempat. Tempat tersebut sangat cocok dengan kontur tanah yang mereka bawa dari Tano Tipang Bakkar, yang kita kenal sekarang bernama LOBU TONDANG. Lobu Tondang adalah suatu bukit, di atasnya terdapat pohon Rambe, yang tidak mengenal musim, sehingga setiap hari dapat mengkonsumsi buahnya. Tidak jauh dari pohon Rambe, menuju ke lembah terdapat mata air, yang keluar dari pebatua, jernih dan segar yang menjadi sumber air bersih bagi Tuan Sumerham dengan isterinya.
Tarnyata buah rambe ini mempunyai khasiat untuk menyuburkan kedua oppung kita Tuan Sumerham dan boru Siregar. Maka pada suatu saat Oppung kita boru Siregar mengandung anak pertamanya. dan seterusnya hingga mempunyai tiga orang putra dan satu orang putri. Anak Pertama diberi nama Rambe Toga Purba, Anak Kedua diberi nama Rambe Raja Nalu, yang terakhir Rambe Anak Raja dan Rambe menjadi icon ketiga anaknya yang selanjutnya menjadi marga keturunan Tuan Sumerham. Menurut penelusuran saya, bahwa keturunan Tuan Sumerham sebelum masuknya rintisan jalan oleh Belanda ke seluruh daerah di sumatera utara, adalah memakai marga Rambe. Ini dibuktikan oleh
1. Nisan marga manik yang terdapat di Sijarango tertulis “Op. Ganda Marimbulu Manik/br. Rambe”
2. Surat Keterangan dari pemerintah Belanda tertulis “Sampe Rambe marhoendoelan di Pakkat Barus Hulu”. Ternyata keturunan Sampe Rambe sekarang ini memakai marga Purba
3. Marga Rambe sendiri yang tinggal di daerah selatan Sumatera Utara (Utamanya Sipiongot dan Gunungtua sekitarnya) Kahanggi yang bermukim di sana, membawa marga rambe dari Pakkat, tetap memakai Rambe sampai sekarang
Setelah anak-anaknya dewasa, ketiganya mengambil istri putrinya raja Pardosi, borunya Raja Tuktung
(cerita ini saya perpendek, mengambil pokok-pokok yang di bicarakan di facebook mudah-mudahan satu saat saya bisa menulis sejaranhnya di blog lobu tondang sedetail mungkin)

Kalau yang bernama asli Baginda So Juangon adalah generasi ke 5 dari Tuan Sumerham adalah dari si Rambe Anak Raja. dua bersaudara, adeknya bernama Guru So Juangon tinggal di Pakkat Hauagong. (ini saya dapat kemudian setelah orang sudah memutuskan kalau Baginda So Juangon dari Si Rambe Raja Nalu) Baginda So Juangon dari si Anak Raja,
Pendapat dan informasi ini, diperkuat oleh statmen seorang natua-tua kita dari Siranggason, Pakkat, pada bulan Desember 2009 yang menyatakan “Opponta Baginda So Juangon, ima apala hahani Oppunta Guru So Juangon, na lao mangaranto, pinompar ni oppunta Si Anak Raja”. Nama ini juga persis sama dengan yang ada di daerah perantauan Selatan Sumut. Yang menjadi pertanyaan, Kalau Baginda So Juangon dari omppung kita Rambe Raja Nalu, kenapa merobah nama, sebab pada saat di Laksa, Pakkat kalau tidak salah bernama Satia Raja Rambe Raja Nalu. Kenapa berobah menjadi Baginda So Juangon? Kalau nama itu Glr. Baginda So Juangon adalah hal yang lumrah mengambil nama oppungnya sama-sama Rambe. Sebab Satia Raja adala Generasi ke-7 dari Tuan Sumerham. Informasi lain yang perlu dipertimbangkan bahwa saya mendapatkan tarombo dari selatan di Jakarta, juga sama dengan dokumen yang saya simpan. Dan tarombo itu menurut yang punya sudah turun temeurun sampai ke dia.
Lalu yang menjadi patokan para orang tua yang disosialisasikan ke generasi sekarang adalah bahwa Baginda So Juangon berasal dari Si Rambe Raja Nalu. Tetapi informasi dari generasi muda Rambe melalui jejaring social, ada yang mengatakan generasi ke-5 dari Tuan Sumerham, dan ada yang mengatakan generasi ke-7. Tentu informasi ini dari para orang tua Rambe juga. Mungkin juga orang tua mereka. Saya sendiri sudah menelusurianya, dari catatan yang ada atau pernyataan yang bersangkutan, diakui sama-sama Baginda So Juangon walau dalam pengetahuan mereka berbeda generasi. Kalau dikatakan Baginda So Juangon generasi ke-5, maka beliau dari Rambe Anak Raja dan yang mengatakan itu adalah Rambe keturunan Anak Raja. Kalau dikatakan Baginda So Juangon itu adalah generasi ke-7 maka yang mengatakan itu adalah Rambe keturunan dari Raja Nalu. Dan hasil penelusuran tersebut diiakan oleh salah seorang mereka dari satu oppung, bahwa Keturunan dari Rambe Raja Nalu yang menyusul ke Sipiongot, adalah bernama Satia Raja Rambe Raja Nalu yang meninggalkan seorang istri boru Pane dan seorang putra di Laksa, Pakkat. dan Satia Raja sendiri generasi ke 7 dari Tuan Sumerham.
(Catatan :Kata menyusul di sini adalah adanya saudara yang sudah lebih dahulu tinggal di sana lalu kemudian di ikuti yang lain dalam satu marga)

yang menjadi pertanyaan kenapa menjadi Baginda So Juangon? atau mungkin glr. Baginda So Juangon ? Kenapa tidak tetap memakai nama Satia Raja. (lanjutan cerita ini akan menyangkut Rambey yang mengaku Lubis) nanti kita sambung.
oleh Beresman Rambe
(Op. ni si Jonathan So Tarjua Ro Berkat)