Kamis, 04 Maret 2010

Siapa Tuan Sumerham dan Baginda So Juangon ?

SIAPA TUAN SUMERHAM DAN BAGINDA SO JUANGON?
Oleh
(Beresman Rambe)

Dimulai dari Toga Sumba, mempunyai anak dua orang yaitu Toga Simamora dan Toga Sihombing.
Toga Simamora memperistri putrid dari kel luarga Saribu Raja, sedangkan Toga Sihombing memperistri putrid dari Siraja Lottung.
Toga Simamora, mempunyai anak dari hasil perkawinannya dengan putrid dari keluarga Saribu Raja, bernama Tuan Sumerham, dan seorang putrid yang buta
Sedangkan Toga Sihombing mempunyai empat orang anak dari hasil perkawinannya dengan putrid keluarga Lottung

(setelah ini keturunan keduanya menjadi marga untuk keturunan selanjutnya. Sebelumnya adalah nama)

yaitu Silaban, Nababan, Hutasoit, Lumbantoruan. Kemudian oleh Toga Simamora, mengawini kembali istri dari Toga Sihombing, lahir tiga orang anak yaitu Purba, Manalu, Debataraja. Maka ke-tujuh marga ini merupakan satu ibu, lain bapak. Kita tinggalkan sejarah tersebut kita focus kepada sejarah selanjutnya tentang Tuan Sumerham. Keturunan Toha Simamora dan Toga Sihombing, bermukim di Tano Tipang Bakkara. Tuan Sumerham bersama tiga orang keturunan Toga Simamora kemudian, tinggal serumah dan keturunan Toga Sihombing berada serumah di tempat lain. Tuan Sumerham memperistri putrid dari keluarga marga Siregar juga cucu dari Lottung. Kemudian sejarahnya, semuanya sudah berkeluarga.
Purba, Manalu, Debataraja masing-masing segera dikaruniai anak. Sedangkan Tuan Sumerham dengan istrinya boru Siregar belum mempunyai anak. Hal inilah salah satu yang menganjal hubungan antara keluarga Tuan Sumerham dengan ketiga Saudara tirinya. Berbagai ejekan dan hinaan hamper setiap hari diterima oleh opong boru kita boru Siregar dan tetap tidak “dihailahon tondina”
Hal ini juga diselami oppung kita Tuan Sumerham. Pada suatu saat oppugn boru kita boru Siregar memohon kepada Tuan Sumerham, agar mereka pergi jauh dari ketiga Saudaranya, karena boru Siregar sudah tidak tahan lagi atas ejekan dan hinaanistri ketiga Saudara tirinya. Akhirnya di suatu malam hari saat Saudara tirinya tertidur, mereka meninggalkan kampungnya, Tano Tipang Bakkara dengan terlebih dahulu mengamankan pusaka Toga Simamora yaitu,
1. Pedang sitastas nambur yang diikat oleh emas, Tetapi Sarung dari Pedang
juga dikat dengan emas, disembunyikan di Bonggar-bonggar
2. Tombak yang bermata emas, tangkainya (stik) di kubur di salah satu tiang
rumah,
3. Pustaha (buku lak-lak)
4. Gong (ogung sarabanan) di kubur di pokok nangka silambuyak (pinasa
silambuyak)
Setelah Tuan Sumerham mengamankan ke-empat barang pusaka tersebut, maka merekapun pergi menuju suatu tempat yang belum mereka ketahui. Sebagai acuan mereka tinggal di mana, sudah mempersiapkan sekepal tanah dari Tano Tipang Bakkar, yang akan di bandingkan dengan tanah pilihan mereka dimana kelak akan berdiam/tinggal.
Tibalah mereka (Tuan Sumerham dan boru Siregar) di suatu tempat pebukitan, yang kita kenal sekarang bernama “LOBU TONDANG” dipelataran lobu tondang, terdapat sebuah pohon, yang disebut pohon buah rambe, yang setiap saat berbuah dan setiap saat banyak buahnya yang sudah matang. Rasanya manis asam dan lebih terasa manisnya kalau sudah sempurna matangnya. Buah inilah yang menjadi makanan mereka sementara sebelum hasil tani mereka panen. Serta dilereng pebukitan tersebut, terdapat mata air yang sangat segar dan jernih, menjadi sumber air bersih dan cuci mandi bagi Tuan Sumerham dan boru Siregar.
Ternyata buah rambe ini mempunyai khasiat untuk menyuburkan kedua oppung kita Tuan Sumerham dan boru Siregar. Maka pada suatu saat Oppung kita boru Siregar mengandung anak pertamanya. dan seterusnya hingga mempunyai tiga orang putra dan satu orang putri. Anak Pertama diberi nama Rambe Toga Purba, Anak Kedua diberi nama Rambe Raja Nalu, yang terakhir Rambe Anak Raja dan Rambe menjadi icon ketiga anaknya yang selanjutnya menjadi marga keturunan Tuan Sumerham, dan sejak saat itu Rambe semakin banyak, dan tidak mungkin tinggal di suatu tempat yaitu Lobu Tondang.
(Sejarah pertemuan Tuan Sumerham dengan Raja Tuktung Pardosi sejarah tersendiri dalam Tulisan ini)

Maka Rambe Toga Purba istrinya Rumbi br. Pardosi ditempatkan di Tambok Rawang Jakhadatuon/Batugaja sebelah selatan Lobu Tondang dengan daerah penyebaran kearah selatan, Tenggara, dan Barat daya. Rambe Raja Nalu dengan istrinya Kirri br. Pardosi ditempatkan di Rura Parira Sibambanon sebelah Timur Lobu Tondang, dengan daerah penyebaran keturunannya Timur, Timur Laut dan Tenggara. Rambe Anak Raja dengan istrinya Nanja br. Pardosi ditempatkan di Tolping sebelah Barat Lobu Tondang dengan daerah penyebaran keturunan daerah Barat Daya dan Barat Laut. Daerah Utara yang dibentang oleh sungai Sisira menjadi daerah panombangan sekaligus menjadi batas bagian Utara Negeri Rambe. Hingga generasi ke-7 pemakaian marga Rambe masih eksis di Negeri Rambe, Pakkat.
Menurut penelusuran saya, bahwa keturunan Tuan Sumerham sebelum masuknya rintisan jalan oleh Belanda ke seluruh daerah di sumatera utara, adalah memakai marga Rambe. Ini dibuktikan oleh
1. Nisan marga manik yang terdapat di Sijarango tertulis “Op. Ganda Marimbulu
Manik/br. Rambe”
2. Surat Keterangan dari pemerintah Belanda tertulis “Aman Sampe Rambe
marhoendoelan di Pakkat Barus Hulu”. Ternyata keturunan Sampe Rambe sekarang
ini memakai marga Purba
3. Marga Rambe sendiri yang tinggal di daerah selatan Sumatera Utara (Utamanya
Sipiongot dan Gunungtua sekitarnya) Kahanggi yang bermukim di sana, membawa
marga rambe dari Pakkat, tetap memakai Rambe sampai sekarang
Setelah anak-anaknya dewasa, ketiganya mengambil istri putrinya raja Pardosi, borunya Raja Tuktung

(cerita ini saya perpendek, mengambil pokok-pokok
yang di bicarakan difacebook mudah-mudahan satu saat saya bisa menulis
sejarahnya di blog
lobu tondang sedetail mungkin)


Kalau yang bernama asli Baginda So Juangon adalah generasi ke 5 dari Tuan Sumerham adalah dari si Rambe Anak Raja. dua bersaudara, adeknya bernama Guru So Juangon tinggal di Pakkat Hauagong. (ini saya dapat kemudian setelah orang sudah memutuskan kalau Baginda So Juangon dari Si Rambe Raja Nalu) Baginda So Juangon dari si Anak Raja, menjadi dianggap mengacaukan tarombo/stambuk
I. Tarombo/Stambuk dari Pakkat.
Gnr. 1. Tuan Sumerham/br. Siregar, mempunyai anak tiga dan satu putri yaitu:
Gnr. 2. 1. Rambe Toga Purba/Rumbi br. Pardosi (Tambok Rawang)
2. Rambe Raja Nalu/Kirri br. Pardosi (Rura Parira)
3. Rambe Anak Raja/Nanja br. Pardosi (Tolping) Putri Tuan Sumerham yang bernama Surta Mulia br. Rambe, Menukah dengan marga Pasaribu, dan diberi mereka Pahuseang di Sirandorung, Negeri Rambe Pakkat.
Untuk mengetahui Sundutnya Tuan Sumerham menurut versi Rambe Anak Raja, maka selanjutnya kita ambil dari Rambe Anak Raja
Gnr.2. Rambe Anak Raja/Nanja br. Pardosi mempunyai anak toga orang
Gnr.3. 1. Raja Perak Rambe Anak Raja (Lobu Hariburan)
2. Raja Mole-ole Rambe Anak Raja (Sijarango-Siambaton)
3. Tumpak Martahi Rambe Anak Raja (Huta Tonga)
Raja Perak Rambe Anak Raja Mempunyai anak dua orang
Gnr.4. 1. Tunggul Di Juji Rambe Anak Raja (merantau ke Aceh) hingga sekarang
belum ada informasi tentang keturunannya.
2. Raja Na Gurguron Rambe Anak Raja
Raja Na Gurguron Rambe Anak Raja mempunyai anak dua orang yaitu;
Gnr.5. 1. Baginda So Juangon Rambe Anak Raja dalam stambuk/tarombo yang
saya dapatkan terdapat catatan, bahwa Baginda So Juangon pergi merantau
kearah Sidempuan
2. Guru So Juangon Rambe Anak Raja
Dari Guru So Juangon, hingga generasi ke Sembilan, masing-masing hanya mempunyai satu orang keturunan.
Secara berurutan, Gnr. Ke-6 Oppu Sangga Mulana. Gnr. Ke-7, Amani Sangga Mulana, Gnr. Ke-8, Sangga Mulana, Gnr. Ke-9, Oppu Sigurdangon, mempunyai dua orang anak yaitu Gnr. Ke-10 1. Op. Sailan dan 2. Aman .
Catatan Penulis : ini merupakan penuangan dari yang sudah ditemukan semata. Kemungkinan akan berkembang sesuai dengan yang ditemukan kemudian. Sehingga bukan kebenaran mutlak, tetapi sudah dapat dijadikan acuan terhadap perkembangan kemudian.

Pendapat dan informasi ini, diperkuat oleh statmen seorang natua-tua kita dari Siranggason, Pakkat, pada bulan Desember 2009 yang lalu, menyatakan; “Opponta Baginda So Juangon, ima apala hahani Oppunta Guru So Juangon, na lao mangaranto, pinompar ni oppunta Si Anak Raja”. Nama ini juga persis sama dengan yang ada di daerah perantauan Selatan Sumut. Yang menjadi pertanyaan, Kalau Baginda So Juangon dari omppung kita Rambe Raja Nalu, kenapa merobah nama, sebab pada saat di Laksa, Pakkat kalau tidak salah bernama Satia Raja Rambe Raja Nalu. Kenapa berobah menjadi Baginda So Juangon?
II. Tarombo/Stambuk Baginda So Juangon (dari Selatan)
Gnr. 1. Tuan Sumerham/br. Siregar, punya anak tiga orang (tidak disebut dengan seorang Putri), Yaitu;
Gnr. 2. 1. Rambe Raja Purba
2. Rambe Raja Nalu
3. Rambe Anak Raja
Diambil dari Rambe Anak Raja, mempunyai tiga orang anak, yaitu;
Gnr. 3. 1. Raja Perak Rambe
2. Raja Mole-ole Rambe
3. Tumpak Martahi Rambe
Diambil dari Raja Perak Rambe, mempunyai dua orang anak yaitu;
Gnr. 4. 1. Tunggul Di Juji Rambe
2. Raja Na Gurguron Rambe
Diambil dari Raja Na Gurguron, mempunyai dua orang anak yaitu;
Gnr. 5. 1. Baginda Raja So Juangon Rambe (di Aek Pisang)
2. Guru So Juangon Rambe (di Pakkat)
Diambil dari Baginda Raja So Juangon Rambe, mempunyai emapat orang anak yaitu;
Gnr. 6. 1. Namora Dibatu Nabolon Rambe (haruaran ni raja-raja Tano Holbung)
2. Namora Tabo Rambe (haruaran ni raja-raja Rambe Huta Somat) Sipiongot
3. Namora di Gurguron Rambe (haruaran ni raja-raja Rambe Simundol)
4. Guru Muloha Rambe (haruaran ni raja-raja Rambe Aek Suhat)
Yang memberikan Tarombo ini mengambil generasi/sundut berikutnya dari
Namora Dibatu Nabolon, mempunyai satu orang anak yaitu;
Gnr. 7. 1. Jalaga Rambe mempunyai empat orang anak yaitu;
Gnr. 8. 1. Japanggulmaan Rambe.
2. Badu Soman Rambe.
3. Simundol Rambe.
4. Jaonan Rambe.
Dari generasi/sundut ke-8 ini, diambil dari Japanggulmaan dan Jaonan
Rambe. Japanggulmaan mempunyai 5 orang anak, yaitu;
Gnr. 9. 1. Jatanduk Rambe.
2. Jahulembang Rambe (Aek Tangga).
3. Akal Rambe.
4. Jalius Rambe.
5. Alias Rambe.
Anak dari Jaonan Rambe ada 5 orang yaitu;
Gnr. 9. 1. Jahobuk Rambe.
2. Mulia Rambe.
3. Jarupat Rambe.
4. Japanggulapak Rambe.
5. Adil Rambe.
Untuk generasi/sundut ke-10, diambil dari generasinya Japanggulmaan
Yaitu; Jatanduk Rambe, mempunyai dua orang anak yaitu;
Gnr. 10.1. Rokkaya Inganan Rambe.
2. Jatumbasan Rambe. (sungai Pining)
Jahulembang Rambe mempunyai 5 orang anak yaitu;
Gnr. 10.1. Jamanahan Rambe (Sungai Pining).
2. Cair Muda Rambe (Sungai Pining).
3. Jamarmasuk Rambe (Sipotang Ari).
4. Marasia Rambe (Bondar Sito).
5. Jasayas Rambe (Bonandolok).
Anak dari Jalius Rambe (sungai Pining), dua orang yaitu;
Gnr. 10.1. Markus Rambe (sungai Pining)
2. Japarnantian Rambe (Sungai Mangambat)

Anak dari Alias Rambe satu orang yaitu;
Gnr. 10.1. Raja Ona Rambe. Dst.

Catatan Penulis: Tarombo ini dituangkan dari tarombo yang saya simpan. Semata-mata bukan yang paling benar, tetapi pling tidak menjadi acuan, atau bandingan terahadap temuan kemudian. Kalau ada perbedaan dengan tarombo yang menjelaskan tentang Baginda So Juangon, tentu ini menjadi bahan pertimbangan dan pemikiran bagi Marga Rambe bukan untuk mengacaukan garis keturunan kahanggi.


Kalau nama itu Glr. Baginda So Juangon adalah hal yang lumrah mengambil nama
oppungnya sama-sama Rambe. Sebab Satia Raja adala Generasi ke-7 dari
Tuan Sumerham. Informasi lain yang perlu dipertimbangkan bahwa saya
mendapatkan tarombo dari selatan di Jakarta, juga sama dengan dokumen
yang saya simpan. Dan tarombo itu menurut yang punya sudah turun
temeurun sampai ke dia.
Lalu yang menjadi patokan para orang tua yang disosialisasikan ke generasi sekarang adalah bahwa Baginda So Juangon berasal dari Si Rambe Raja Nalu. Tetapi informasi dari generasi muda Rambe melalui jejaring social, ada yang mengatakan generasi ke-5 dari Tuan Sumerham, dan ada yang mengatakan generasi ke-7. Tentu informasi ini dari para orang tua Rambe juga. Mungkin juga orang tua mereka. Saya sendiri sudah menelusurianya, dari catatan yang ada atau pernyataan yang bersangkutan, diakui sama-sama Baginda So Juangon walau dalam pengetahuan mereka berbeda generasi. Kalau dikatakan Baginda So Juangon generasi ke-5, maka beliau dari Rambe Anak Raja dan yang mengatakan itu adalah Rambe keturunan Anak Raja. Kalau dikatakan Baginda So Juangon itu adalah generasi ke-7 maka yang mengatakan itu adalah Rambe keturunan dari Raja Nalu. Dan hasil penelusuran tersebut diiakan oleh salah seorang mereka dari satu oppung, bahwa Keturunan dari Rambe Raja Nalu yang “menyusul” ke Sipiongot, adalah bernama Satia Raja Rambe Raja Nalu yang meninggalkan seorang istri boru Pane dan seorang putra di Laksa, Pakkat. dan Satia Raja sendiri generasi ke 7 dari Tuan Sumerham.

(Catatan : Kata menyusul di sini adalah adanya saudara yang sudah lebih dahulu tinggal di sana lalu kemudian di ikuti yang lain kemudian dalam satu marga)

yang menjadi pertanyaan kenapa menjadi Baginda So Juangon? atau mungkin glr. Baginda So Juangon ? Kenapa tidak tetap memakai nama Satia Raja. (lanjutan cerita ini akan menyangkut Rambey yang mengaku Lubis nanti akan disambung dalam tulisan tersendiri sesuai versi Rambe).
oleh Beresman Rambe
(Op. ni si Jonathan So Tarjua Ro Berkat)

Rabu, 17 Februari 2010

JAWABAN TERHADAP PERTANYAAN GENERASI MUDA RAMBE DI FACEBOOK

MENJAWAB PERTANYAAN
GENERASI MUDA RAMBE DI “FACEBOOK”

maaf selama ini saya dalam keadaan sakit jadi tidak masuk kantor hampir satu bulan. akan tetapi saya sangat berbhagia karena apabila saya buka facebook saya dari HP sangat banyak saudara saya rambe yang berdoa agar saya cepat sembuh. terimakasih untuk semua, dan saya sudah mulai masuk kantor.
Setelah saya cek kembali HP, saya sangat terharu, karena kahanggi mempersoalkan tentang Baginda So Juangon Rambe
Saudaraku, dengan penelusuran sendiri dan sampai sekarang pun saya masih menelusuri tentang masalah-masalah yang kita hadapai di Rambe dengan maksud agar jelas dan tau kita memanggil apa? kepada siapa?.
Tuan Sumerham, adalah anak pertama dari Toga Simamora, lahir dari boru Sariburaja bersama satu orang putri yang buta (menurut sejarah yang terdapat di pustaha), sedangkan Purba Manalu dan Debataraja lahir dari istri ke dua, boru Lontung, bekas istri Toga Sihombing. Baik Toga Simamora dan Toga Sihombing bermukim di Tano Tipang Bakkara. Tuan Sumerham beristerikan boru Siregar. Akan tetapi dalam waktu sekian lama berumah tangga belum dikaruniai sat orang anak, selama tinggal bersama saudaranya Purba Manalu Debataraja. Padahal ketiga saudaranya itu masing-masing sudah mempunyai anak. Tuan Sumerham dan boru Siregar merasa terhina di hadapan ketiga Saudaranya, dan memang selalu dihina oleh para istri ketiga saudaranya. Akhirnya, mereka hijrah dari tano tipang Bakkara menuju suatu tempat yang belum mereka ketahui. Tibalah Tuan Sumerham dengan isterinya Tiopipian br. Sitregar di suatu tempat. Tempat tersebut sangat cocok dengan kontur tanah yang mereka bawa dari Tano Tipang Bakkar, yang kita kenal sekarang bernama LOBU TONDANG. Lobu Tondang adalah suatu bukit, di atasnya terdapat pohon Rambe, yang tidak mengenal musim, sehingga setiap hari dapat mengkonsumsi buahnya. Tidak jauh dari pohon Rambe, menuju ke lembah terdapat mata air, yang keluar dari pebatua, jernih dan segar yang menjadi sumber air bersih bagi Tuan Sumerham dengan isterinya.
Tarnyata buah rambe ini mempunyai khasiat untuk menyuburkan kedua oppung kita Tuan Sumerham dan boru Siregar. Maka pada suatu saat Oppung kita boru Siregar mengandung anak pertamanya. dan seterusnya hingga mempunyai tiga orang putra dan satu orang putri. Anak Pertama diberi nama Rambe Toga Purba, Anak Kedua diberi nama Rambe Raja Nalu, yang terakhir Rambe Anak Raja dan Rambe menjadi icon ketiga anaknya yang selanjutnya menjadi marga keturunan Tuan Sumerham. Menurut penelusuran saya, bahwa keturunan Tuan Sumerham sebelum masuknya rintisan jalan oleh Belanda ke seluruh daerah di sumatera utara, adalah memakai marga Rambe. Ini dibuktikan oleh
1. Nisan marga manik yang terdapat di Sijarango tertulis “Op. Ganda Marimbulu Manik/br. Rambe”
2. Surat Keterangan dari pemerintah Belanda tertulis “Sampe Rambe marhoendoelan di Pakkat Barus Hulu”. Ternyata keturunan Sampe Rambe sekarang ini memakai marga Purba
3. Marga Rambe sendiri yang tinggal di daerah selatan Sumatera Utara (Utamanya Sipiongot dan Gunungtua sekitarnya) Kahanggi yang bermukim di sana, membawa marga rambe dari Pakkat, tetap memakai Rambe sampai sekarang
Setelah anak-anaknya dewasa, ketiganya mengambil istri putrinya raja Pardosi, borunya Raja Tuktung
(cerita ini saya perpendek, mengambil pokok-pokok yang di bicarakan di facebook mudah-mudahan satu saat saya bisa menulis sejaranhnya di blog lobu tondang sedetail mungkin)

Kalau yang bernama asli Baginda So Juangon adalah generasi ke 5 dari Tuan Sumerham adalah dari si Rambe Anak Raja. dua bersaudara, adeknya bernama Guru So Juangon tinggal di Pakkat Hauagong. (ini saya dapat kemudian setelah orang sudah memutuskan kalau Baginda So Juangon dari Si Rambe Raja Nalu) Baginda So Juangon dari si Anak Raja,
Pendapat dan informasi ini, diperkuat oleh statmen seorang natua-tua kita dari Siranggason, Pakkat, pada bulan Desember 2009 yang menyatakan “Opponta Baginda So Juangon, ima apala hahani Oppunta Guru So Juangon, na lao mangaranto, pinompar ni oppunta Si Anak Raja”. Nama ini juga persis sama dengan yang ada di daerah perantauan Selatan Sumut. Yang menjadi pertanyaan, Kalau Baginda So Juangon dari omppung kita Rambe Raja Nalu, kenapa merobah nama, sebab pada saat di Laksa, Pakkat kalau tidak salah bernama Satia Raja Rambe Raja Nalu. Kenapa berobah menjadi Baginda So Juangon? Kalau nama itu Glr. Baginda So Juangon adalah hal yang lumrah mengambil nama oppungnya sama-sama Rambe. Sebab Satia Raja adala Generasi ke-7 dari Tuan Sumerham. Informasi lain yang perlu dipertimbangkan bahwa saya mendapatkan tarombo dari selatan di Jakarta, juga sama dengan dokumen yang saya simpan. Dan tarombo itu menurut yang punya sudah turun temeurun sampai ke dia.
Lalu yang menjadi patokan para orang tua yang disosialisasikan ke generasi sekarang adalah bahwa Baginda So Juangon berasal dari Si Rambe Raja Nalu. Tetapi informasi dari generasi muda Rambe melalui jejaring social, ada yang mengatakan generasi ke-5 dari Tuan Sumerham, dan ada yang mengatakan generasi ke-7. Tentu informasi ini dari para orang tua Rambe juga. Mungkin juga orang tua mereka. Saya sendiri sudah menelusurianya, dari catatan yang ada atau pernyataan yang bersangkutan, diakui sama-sama Baginda So Juangon walau dalam pengetahuan mereka berbeda generasi. Kalau dikatakan Baginda So Juangon generasi ke-5, maka beliau dari Rambe Anak Raja dan yang mengatakan itu adalah Rambe keturunan Anak Raja. Kalau dikatakan Baginda So Juangon itu adalah generasi ke-7 maka yang mengatakan itu adalah Rambe keturunan dari Raja Nalu. Dan hasil penelusuran tersebut diiakan oleh salah seorang mereka dari satu oppung, bahwa Keturunan dari Rambe Raja Nalu yang menyusul ke Sipiongot, adalah bernama Satia Raja Rambe Raja Nalu yang meninggalkan seorang istri boru Pane dan seorang putra di Laksa, Pakkat. dan Satia Raja sendiri generasi ke 7 dari Tuan Sumerham.
(Catatan :Kata menyusul di sini adalah adanya saudara yang sudah lebih dahulu tinggal di sana lalu kemudian di ikuti yang lain dalam satu marga)

yang menjadi pertanyaan kenapa menjadi Baginda So Juangon? atau mungkin glr. Baginda So Juangon ? Kenapa tidak tetap memakai nama Satia Raja. (lanjutan cerita ini akan menyangkut Rambey yang mengaku Lubis) nanti kita sambung.
oleh Beresman Rambe
(Op. ni si Jonathan So Tarjua Ro Berkat)

Selasa, 08 Desember 2009

Tip Untuk Membuat Anak Cerdas

Setiap orang tua selalu mengharapkan anaknya cerdik, pandai dan arif melebihi anak lain. Para pakar menyatakan, sekalipun kearifan seorang anak sangat erat hubungannya dengan genetika bawaan, namun banyak sekali penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pembinaan setelah lahir juga merupakan faktor sangat penting yang tidak boleh diabaikan.

Merangsang Pertumbuhan dengan Pendidikan dalam Kandungan

Para dokter menyatakan, bayi dalam kandungan usia tiga bulan sudah mempunyai perasaan, empat bulan sudah mampu merasakan suara dari luar. Suara dari luar ini akan terus merangsang organ indera anak dalam kandungan dan mendorong pertumbuhannya, mempunyai peran yang penting bagi pertumbuhan intelegensi. Pada dasarnya cerebral cortex (bagian otak yang penting untuk mengingat, memperhatikan, menyadari, berpikir, mengerti bahasa dan lain sebagainya) bayi dalam kandungan sudah terbentuk pada usia 5 – 6 bulan, bila pada masa ini diperdengarkan musik ataupun dilakukan pemijatan lembut pada bagian perut akan dapat meningkatkan pertumbuhan intelegensi sang anak.

Fondasi Perkembangan Intelegensi Ditentukan pada Masa Anak-Anak

Sejak bayi dilahirkan, ayah-bunda sudah mempunyai peran penting untuk mengajarkan pengetahuan dasar kepadanya. Kalau saja ayah bunda pada tahap ini dapat membimbing sang anak dengan murah hati, hormat dan penuh kasih sayang, maka bukan saja dapat meletakkan dasar kepribadian yang unik bagi sang anak, bahkan dapat membuat anak memiliki kemampuan belajar dan sikap bergaul yang baik. Dengan demikian, peran ayah bunda bukan hanya membesarkan, bahkan juga memikul tanggung jawab besar sebagai “guru pribadi”.
Para pakar menyatakan, “Anak-anak pada rentang usia 4 sampai dengan 13 tahun, karena belum banyak mengecap asam garam dunia, hatinya masih murni, merupakan masa dengan daya ingat yang paling kuat selama hidupnya. Jika pada masa keemasan ingatan ini memperoleh pendidikan yang baik, akan sangat bermanfaat bagi sepanjang hidupnya.
9 Rahasia Membuat Anak menjadi Pandai/Jenius

Penulis rubik khusus pendidikan, Korey Capozza, menyarankan sembilan cara untuk membina dan meningkatkan IQ (intelligence quotient ) anak.

1. Belajar Musik

Ini merupakan cara yang bagus untuk meningkatkan pembelajaran otak kanan dengan santai dan mudah. Menurut hasil penelitian Universitas Toronto, pelajaran musik dapat meningkatkan intelligence quotient dan prestasi sekolah seorang anak. Bahkan semakin lama dipelajari, hasilnya semakin jelas.

2. Beri minum Air Susu Ibu
Banyak penelitian ilmiah membuktikan bahwa air susu ibu (ASI) selain menyediakan berbagai macam zat gizi, juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan intelegensi bayi. Seorang bayi yang mengonsumsi ASI selama sembilan bulan secara nyata lebih pandai dari pada seorang bayi yang hanya mengonsumsi ASI selama satu bulan.

3. Tingkatkan kesehatan
Tim peneliti dari University of Illinois telah membuktikan hubungan antara kesehatan dan pelajaran anak di sekolah. Penelitian dari Oppenheimer Funds malah menunjukkan bahwa olah raga berkelompok bukan saja meningkatkan rasa percaya diri, membangun spirit kebersamaan, bahkan dapat memupuk kecakapan memimpin. Delapan puluh satu persen dari para direktris perusahaan pada saat masih kecil, semuanya pernah bergabung dalam suatu kegiatan organisasi.

4. Permainan
Memang ada banyak games yang bisa membuat pemainnya menjadi brutal, nyentrik ataupun malas berpikir. Namun juga ada sejumlah games yang dapat meningkatkan spirit bersosial, kreativitas dan inspirasi, bahkan ada yang dapat melatih anak untuk berpikir dengan bijaksana serta melatih kemampuan membuat rencana. Penelitian di University of Rochester juga menemukan bahwa anak kecil yang bermain games lebih berkemampuan dalam menemukan petunjuk rasa visual dalam belajar.

5. Menolak junk food
Kurangi mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi, berpantang berbagai makanan berlemak tinggi dan junk food yang lain. Sebaliknya, banyaklah mengonsumsi makanan sehat bergizi tinggi, ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi dan motorik anak, terutama bagi bayi yang belum genap dua tahun, hal ini sangat penting. Misalnya, seorang anak harus mengonsumsi sejumlah zat besi untuk membantu pertumbuhan otak. Kalau kurang jumlahnya, penghantaran impuls syaraf akan melemah.

6. Memupuk rasa ingin tahu
Para pakar mengungkap, ketika orang tua mendorong anak untuk mempunyai pemikiran sendiri, sesungguhnya adalah sedang meng-arahkan mereka pada pentingnya menuntut pengetahuan. Menaruh perhatian yang besar terhadap minat anak, mengenalkan dan mengajarkan ketrampilan baru kepada mereka pada setiap ada kesempatan mendidik di luar rumah, semua ini merupakan cara yang baik sekali guna memupuk dambaan anak untuk menuntut pengetahuan.

7. Membaca
Sejalan dengan kemajuan teknologi, banyak orang yang mengabaikan pentingnya membaca. Membaca merupakan cara meningkatkan intelligence quotient seseorang yang paling langsung dan efektif. Membacakan cerita untuk anak, menjadi anggota perpustakaan dan menambah koleksi buku bacaan semuanya merupakan cara yang baik untuk memupuk minat membaca seorang anak.

8. Makan pagi
Pepatah yang mengatakan burung yang bangun pagi akan mendapatkan makanan bukanlah tanpa dasar. Jauh sejak 1970, penelitian ilmiah menemukan seorang anak yang sarapan pada pagi hari memiliki ingatan yang lebih baik, lebih mampu berkonsentrasi dan juga mampu belajar lebih cepat. Dari pada sama sekali tidak makan pagi, makanlah sepotong kue atau minum segelas susu, hal ini akan sangat membantu dalam belajar.

9. Bermain permainan pengasah otak
Bermain catur, teka-teki silang atau permainan lain dapat merangsang intelegensi. Games Sudoku malah dapat memupuk cara berpikir yang bijaksana dan memupuk kemampuan memecahkan masalah.
Selain hal-hal di atas, pada saat seorang anak masih sangat muda harus sering diajak bercengkrama, mintalah anak mengingat perbendaharaan kata yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari ataupun mintalah anak menghafal, semua ini merupakan jurus piawai untuk membantu anak memupuk intelligence quotient.

Para pakar menyatakan, “Matikan tv, mintalah anak keluar rumah, mendekatkan diri dengan alam dan mengolah tubuh, merupakan salah satu metode terbaik untuk melatih anak menjadi pandai cekatan dan bertubuh sehat.”(14gnr.br)








Senin, 07 Desember 2009

HUMAN ORIGIN ACCORDING TO THE BELIEFS OF BATAK'S RELIGION

HUMAN ORIGIN
ACCORDING TO THE BELIEFS OF
BATAK’S RELIGION



On the 5th generation pedigree according to the origin of man on earth, there is the “Siraja Dunia” who have 3 children: Raja Miok-miok, Patundal Nabegu and Siaji Lapas-Lapas.

Man it plans to be born into the world center, has existed since the gods were there. If there are questions such as what new-born, then called sibursok (ed: siucok) if he was a man and sitatap (sibutet) if the birth is a woman. perhaps this is the origin of the name and the butet ucok).

Thus, human existence in this world to be born by Siboru Deangparujar and Siraja Odap-odap her husband, from their origin is why there are people in the world.

That's the name of the first humans in the world, Sibursok and Sitatap name. because they have, the more people multiply in the middle. Another version of Adam and Eve.

As told by old people, after giving birth to the world of human beings, then go back and Siboru Deangparujar-Siraja Odap-odap into the world, because of their origin there, the gods who never die.

Once abandoned by their Sibursok and Sitatap the world's center, then was sent Mulajadi Nabolon Siraja Ingotpaung aides and Siraja asi-asi to keep the two men's children. Taught traditional brand and associate with people the world over. such as the following phrase "fog to become dew, steam to become rain" means that the relationship between the human world and the world's top middle remain and remember it. at first there was only one of the world (the world), but because it occurred the marriage between brother and sister so they dibuanglah into the world lainyaitu world.

As told by those old fashioned time immemorial, humans can still hang with the world's top down, marry each other, there are also some who went to the moon and stars.

Thus the origin of humans in this world by the ancient Batak belief, that the first humans came from the marriage of the gods in the world is Siboru Deangparujar and Siraja Odap-odap, then come down to earth and have children of Siborsuk and Sitatap which breed in the middle. (refrensi: Pustaha Tumbaga Holing), (by: br)

Senin, 30 November 2009


SIAPA YANG BERHAK ATAS RUMAH WARISAN ?
Oleh
Op. ni So Tarjua Ro Berkat

Sering menjadi persoalan di dalam bersaudara, seiring dengan sepeninggalnya orang tua. Persoalan ini, selalu terwarisi hingga sekarang. Orang tidak berani memberikan sesuatu yang pasti dari segi hukum adat. Kalau pun ada secara pribadi, belum tentu diterima oleh yang bersangkutan, Hukum adat pun tidak ada yang secara tegas menunjuk, siapa yang berhak atas rumah peninggalan orang tua. Mungkin kalau rumah peninggalan orang tua cukup kebagian satu per satu tidak menjadi masalah.

Di Samosir kebiasaan yang dipakai sebagai dasar petunjuk yang berhak mewarisi rumah, adalah, apabila orangtua laki meninggal, maka adek-adek dari anak tertua disebut, “ndang matean ama hamu. Adongdo abang mu ganti ni ama di hamu…..” bahwa pewaris tahta kerajaan adalah yang tertua. Maka rumah sebagai istana, jatuh kepada pewaris tahta. Itulah alasan di sana bahwa rumah harus kepada anak laki-laki tertua, yang melanjutkan kerajaan ayahnya.

Di luar wilayah Samosir, kepemilikan rumah warisan,sering menjadi masalah di antara kakak ber adik sebagai ahli waris, karena yang sering disaksikan orang, yang menempati rumah warisan adalah anak yang paling bungsu. Sehingga orang-orang yang menyaksikan itu, mengklaim bahwa aturan adat, mengharuskan yang berhak atas rumah warisan adalah anak yang paling bungsu. Secara depakto, memang sudah demikian kebiasaan yang dilakukan oleh pendahulu kita. Hal ini terkait dengan masyarakat yang menganut konsep “manombang” atau “marimba”. Masyarakat yang demikian memikirkan bagaimana kelak akan “pajaehon anak. Maka dimana daerah yang masih luas untuk di garap, masyarakat akan berbondong-bondong ke sana dengan harapan bisa mendapatkan tanah yang lebih luas agar bisa melaksanakan tugasnya sebagai orang tua yaitu pajaehon. Sebab konsep harajaon sudah ditinggalkan di tanah lelehurnya. Mereka hanya memikirkan, bagaimana anak-anaknya bisa mendapatkan sebidang tanah untuk perumahan dan kebun untuk bertani, maka perlu mangarimba atau manombang. Belakangan muncul trend merantau, namun tetap dalam konsep manombang, maka kita kenal hingga sekarang daerah daerah Bamban, Bimpot, Percut, dan terakhir Pulo Raja di Sumatera Timur. Kemudian masyarakat atau secara pribadi merantau dengan mengandalkan ilmu dan kemampuan, untuk bekerja secara menetap di kator atau di perusahaan, seperti kita sekarang ini. Konsep mangarimba di tinggal abis.

Kemudian muncul pemikiran hak atas tanah leluhur sebagai tanda daerah asal, yang sudah ditinggal untuk merantau mencari penghidupan yang lebih layak, dibanding dengan mengolah tanah warisan orang tua yang tidak begitu luas dan tidak akan mungkin untuk menghidupi sekian keluarga kakak ber adik.

Secara dejure memang benar, bahwa pemindahan hak atas tanah dan rumah warisan orang tua belum pernah terjadi. Sehingga wajar kalau kemudian perantaupun berhak menuntut haknya. Disinilah muncul persoalan “Siapa Yang Berhak Atas Rumah Warisan?”

Kita harus berpikir jernih melihat persoalan ini, sehingga di kemudian hari, persoalan keluarga semacam ini bisa diselesaikan dengan jelas dan jernih. Jatuhnya kepemilikan rumah warisan kepada anak bungsu, bukanlah didasari oleh adat Batak, tetapi didasari oleh pembagian akibat kebiasaan pajehon anak tadi.
  1. Setelah anak tertua menikah, maka orang tua mendirikan rumah dan sebidang tanah sebagai Panjaean.
  2. Demikian pula anak ke-2, ke-3, ke-4 dst.
  3. Tiba saatnya anak yang paling bungsu menikah, tidak ada lagi sebidang tanah untuk dibangunkan rumah, demikian pula tanah sebidang untuk diolah. Tinggal rumah yang ditempati oleh orang tua, dan sebidag tanah kebunnya, maka didorong oleh rasa keadilan, maka rumah dan tanah yang merupakan bagian dari orang tua itu diserahkan kepada anak bungsunya, tetapi dengan syarat, selama orang tuanya hidup mereka tinggal serumah dan hidup dari tanah yang masih dikuasai oleh orang tua.
Perkembangan perjuangan dan trend dalam satu keluarga selalu berobah mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat. Pesoalan jatuh nya rumah warisan akan berbeda. Belakangan orang berani berkorban untuk memajukan saudaranya dalam hal menuntut ilmu di sekolahan. Maka anak tertua tadi dengan penuh kesadaran akan kemajuan jaman, maka dia bersama istrinya, membantu orang tua untuk menyekolahkan adek-adeknya, bahkan menjual sebahagian tanah untuk menyekolahkan adek-adeknya ke perguruan tinggi. Bukan persoalan berhasil atau tidak di dalam sekolahnya, tergantung pribadi yang disekolahkan. Tetapi yang mau kita lihat, adil tidaknya pemikiran seseorang didalam satu keluarga terhadap warisan seorang orang tua. Kalau kita katakan bahwa aturan adat, yang berhak atas rumah warisan adalah anak bungsu, lalu untuk yang tertua, yang sudah bersusah payah membantu orang tua, bahkan rela untuk tidak mendapatkan apa-apa asal adek-adeknya sekolah. Yang menjadi pertanyaan, apakah penetapan menurut adat tadi tetap benar?

Persoalan lain adalah dengan sekuat tenaga, orang tua banting tulang bekerja untuk mendapatkan uang demi menyekolahkan anak-anaknya, dari yang tertua hingga kepada anaknya yang bungsu. Orang tua tidak memikirkan lagi sebidang tanah untuk yang tertua, kedua, ketiga dst. Karena warisan itu sudah ditukarkan oleh orang tua dengan pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah. Lalu pertanyaan timbul kembali, siapakah yang berhak atas rumah peninggalan orang tua mereka? Masihkah kita katakan menurut adat? Lalu siapakah ahli adat batak yang merekomendasikan bahwa si bungsu yang berhak atas peninggalan orang tua? Atau buku berjudul apakah yang mengatakan demikian sebagai refrensi pernyataan tersebut? Tidak ada yang bisa menjawab, dan tidak ada yang bisa menunjukkan bukunya. Lalu kenapa ada pernyataan demikian? Tidak lain adalah karena melihat suatu momentum yang menjadi monumenatal sampai sekarang di dalam satu keluarga yang hidup dalam konsep mangaribba atau manombang. Menurut penulis, yang paling adil adalah menjadi milik bersama terhadap rumah warisan, yang lainnya dibagi bersama secara adil dan merata.(rb.14)

KONSEP BORU NI RAJA

PEMAHAMAN KONSEP BORU NI RAJA BAGI ORANG BATAK
St.beresman rambe:

Konsep-konsep sihabatahon yang di ciptakan pendahulu kita salah satunya “boru ni raja” Konsep ini mengingatkan orang Batak betapa terhormatnya seorang boru di dalam satu keluarga orang Batak. sejak jaman dahulu. sesungguhnya konsep-konsep tersebut, membuat kita sadar, bahwa seorang orang Batak tidak boleh menganggap rendah derajat seorang perempuan. Segudang persoalan terjadi pada diri orang Batak dewasa ini, karena mereka bukan lagi orang Batak yang memahami konsep-konsep tersebut. Penggalian-istilah secara konseptual dan filosofis terhadap istilah istilah yang ditanamkan oppung kita sejak dulu sangat perlu, seperti “dipahuta” “muli” “boru ni raja” dalam menulis nama perempuan batak, diantara nama dan marga harus ditulis “br” bukan langsung dengan marga.
Menikah adalah suatu pilihan apalagi pada era globalisasi sekarang. Tapi selaku warga dari suku batak, apa yang dikatakan “pilihan” bahwa seorang perempuan Batak menjadi aib bagi keluarga bila sampai tua tidak menikah, karena alasan pisah dari orang tua, belum tentu seperti harapaannya dengan suami, dan berbagai macam persoalan dugaan, bahkan yang paling dikhawatirkan adalah hubungan material orang tua dengan “huta” atau “ladang”menjadi hilang yang seperti ini sudah melanggar kodrat. Harus kita pahami dulu konsep “dipahuta,” dan “muli.” Bagi suku lain,dikenal dengan konsep “wanita,” yang asal katanya, “wani” dan “toto” artinya berani menata. Menata apa? Yaitu rumah tangganya supaya keluarga teratur dan suami betah dan senang berdiam di rumah, akibatnya kemanapun dia pergi, selalu ingin segera pulang kerumah untuk menikmati keteraturan penataan yang dibuat istri. Mungkin mereka memerlukan penampakan yang lebih teratur. Bagi orang Batak, dekenal dengan konsep “parompuan.” Lebih kepada konsep harajaon, karena seorang raja harus mempunyai masyarakat yang banyak, karena rakyat yang banyak akan banyak yang mempertahankan wilayah. Maka seorang raja perlu melakukan penggalangan, karena bagi orang batak mengatakan “galang mula ni harajaon”.
Seorang gadis Batak harus menjadi paroppuan bagi suaminya seorang laki-laki tidak pernah menjadi oppung atau berketurunan tanpa seorang perempuan.
Kalau karena merupakan pilihan melawan kodratnya sebagai wanita, maka aharkat seorang perempuan sebagai paroppuan bagi marga lain telah sirna. Maka konsep sebagai boru ni raja menjadi tanda tanya. Sebab konsep “boru ni raja” baru sah kalau seorang perempuan menjadi permaisuri. Disanalah perempuan menunjukkan kepatutan anda sebagai boru ni raja, bukan di “rumah orang tua atau itonya”
Konsep “boru raja” dikenal dalam setiap keluarga Batak. Kata itu sering dipakai dan selalu terdengar di telinga orang batak. Orang batak urban sering menganggap filosofi-filosofi kuno batak adalah produk kolot generasi lama dan mereka meremehkan konsep-konsep yang begitu luas dan kuat pengaruhnya dalam kehidupan sihabatakon. “Raja” dalam filosofi batak, berarti “yang dihormati”. Keluarga batak dari pihak perempuan yang disebut hula-hula sering disimbolkan sebagai “Raja”. Simbol Raja bermakna “penghormatan”. Istri seorang lelaki batak sering dikatakan sebagai “boru ni raja” atau “putri si raja”. Posisi “Tulang” (saudara lelaki ibu saya), adalah Raja bagi semua kemenakannya.
Praktis, sebutan “boru raja” adalah sebuah konsep “kehormatan” dan “penghormatan” untuk perempuan batak yang dimulai sejak ia lahir. “Kehormatan” dan “penghormatan” ini meliputi banyak aspek seperti; kepatutan, moral, etika, sensitivitas, dignity, pride, wisdom, tradisi dan adat istiadat, dsb. Siapapun dia, apakah dia seorang perempuan istri Jendral atau pedagang ikan teri di pasar Senen, ia lahir didalam konsep “boru raja”.
“Boru ni Raja” harus memahami kepatutan berlaku, bekepribadian, berpakaian, dan berbuat layaknya sebagai permaisuri. “boru ni raja” harus memelihara moral sebagai permaisuri dan memiliki etika yang baik, serta sensitive terhadap hal-hal yang spele bahkan yang sangat spele harus segera di selesaikan dengan baik. “Boru ni Raja” adalah panutan disegala bidang ditengah masyarakat dan didalam pergaulannya sehari-hari,terutama ditengah kaumnya sendiri.
Banyak orang batak, yang tidak pernah menerjemahkan konsep “boru raja” ini kepada turun-temurunnya terutama kepada borunya. So, from now on, must dit it Tetapi dari banyak orang yang saya kenal. miskin, kaya, tua ataupun muda bahkan orang-orang pasaran ataupun pemuda-pemuda kelahiran kota yang sudah tidak perduli akan asal-usulnya, mereka semua mengenal konsep “boru raja” yang sering didengungkan oleh ayah-ayah mereka.
Konsep “Raja” memiliki makna yang sangat luas; memasuki teritori adat, darah dan keseharian keluarga batak. Pertengkaran-pertengkaran di kalangan keluarga batak sering disudahi dengan kalimat “Raja do hita” atau terjemahannya adalah “kita adalah raja”. Artinya, kita tidak akan merendahkan diri kita untuk mempertengkarkan hal itu, karena seorang Raja tidak akan merendahkan martabatnya dengan pertengkaran-pertengkaran, perkelahian dsb. Hebat…! kan konsep “ke-Raja-an” dalam filosofi batak itu? Walaupun dalam prakteknya hal itulah yang paling susah dilakukan oleh orang batak. Mungkin konsep itu dibuat oleh opung-opung jaman dulu untuk mengatasi karakter “keras” orang batak. Apapun itu, betapapun sulitnya mengimplementasikannya, makna konsep itu luar biasa,.
Inti dari konsep “boru raja” dalam filosofi batak mengajarkan setiap perempuan batak untuk memahami nilai-nilai “kehormatan” dan “priyayi”, kata yang dipakai oleh masyarakat jawa untuk menggambarkan konsep yang sama yang diambil dari bahasa jawa yaitu “Wanita”yang berasal dari kata wani dan toto tadi. Konsep “boru raja” juga sama dengan keadaan yang digambarkan dalam dongeng Cinderella yang berasal dari Eropah, karya HC Andersen.
Keningratan bukan semata sebuah lambang “kasta” belaka, tetapi sebuah simbol kepatutan yang menjadi ukuran-ukuran tidak tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan Batak seharus nya berterima kasih pada nenek moyang kita yang memberikan sesuatu pengajaran melalui konsep filosofis, yang dianut oleh para orangtua kita sampai sekarang. Konsep boru ni raja sedikit banyak membentuk kepribadian perempuan Batak sampai sekarang, walaupun tidak sedikit perempuan Batak, begitu membenci konsep ini karena banyak yang menggambarkan sebagai konsep kesombongan perempuan batak. Seabaliknya banyak juga yang mengagumi karena, setelah merasakan, betapa indahnya sebuah kehidupan di dalam keluarga kalau seorang boru ni raja menerapkan konsep boru ni raja didalam kehidupannya sehari-hari.

MENGHADAPI ISSU 2012

2 Tessalonika 3, 6-15
Salah satu suku maya Indian, merupakan peramal ulung, sehingga ramalan suku maya ini sering menjadi acuan peramal-peramal dunia. Baru-baru ini suaku maya meramalkan tahun 2012 akan terjadi kiamat. Begitu cepat meluas berita tersebut, sehingga masyarakat khawatir dan takut. Banyak orang di dunia ini dengan segala upaya mencoba dengan caranya sendiri, membuat solusi jika hal itu terjadi. Bagi orang yang tanggung keperacayaanya kepada Yang Maha Kuasa mengaitkan kepercayaannya dengan ramalan tersebut. Ada juga yang menanggapi acuh karena hasil ramalan itu sangat global. Sebab kiamat bagi orang sebahagian adalah kematian bagi dirinya. Itu adalah hal yang biasa. Ada ramalan kemudian yang mengacu kepada ramalan suku Maya tadi dengan sedikit dibarenge oleh pendapat yang semi ilmuwan, bahwa Kiamat tersebut adalah, adanya suatu Planet liar yang keluar dari orbitnya, sehingga dalam perhitungan matematis, pada tahun 2012 persis bertabrakan dengan bumi. Peristiwa ini merupakan peristiwa siklus ribuan tahun, karena peristiwa tersebut pernah terjadi, pada jaman dinosaurus memenuhi bumi ini. Menurut penelitian, hilangnya dinosaurus dari muka bumi ini adalah karena peristiwa tabrakan tersebut. Maka hal itu akan terjadi kembali. Akibat dari informasi ini, para ilmuan Amerika sibuk mencari planet liar tersebut. Dengan berbagai peralatan cagih dikerahkan untuk meneliti planet-planet yang ada di angkasa luar dan tidak menemukan. Berbagai sangkalan dari ilmuan akan terjadinya petaka 2012 dilayangkan ke seluruh penjuru bumi ini, melalui majalah, koran siran elektronik dsn jurnal-jurnal, nampaknya tetap dalam kekhawatiran hingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh perfiliman Amerika Serikat dan meraup untung luar biasa dari issu tersebut.
Saudara-Saudara! Pada Surat Paulus yang pertama ke masyarakat gereja di Tessalonika, menceritrakan kedatangan Kristus yang kedua kali, dan peristiwa tersebut digambarkan seperti juga yang digambarkan pada surat Paulus yang pertama ke jemaat di Korintus yaitu hari Kiamat. Penggambaran itu begitu menakutkan mereka yang baru percaya kepada Kristus Yesus sehingga banyak jemaat dan orang-orang yang mengaku suruhan Allah membelokkan pengertian tersebut, sehingga semakin kacau pemikiran jemaat waktu itu, sehingga banyak yang tidak melakukan aktivitas. Ada yang hanya berdoa sepanjang hari, ada yang menikmati hartanya yang selama ini dikumpulkan, karena dalam pemikiran toh akan kiamat semua. Melihat kekacauan yang ada pada jemaat, sehingga Paulus melihat kejadian itu sudah menyimpang dari ajaran yang sebenarnya. Maka ia melayangkan suratnya yang kedua untuk menjelasakan, bahwa tentang hari kiamat, tidak ada satupun manusia yang dapat memastikan kapan hari kiamat tiba. Jemaat yang percaya kepada kuasa Allah, tidak akan berhenti beraktivitas. Sebab jemaat yang berhenti beraktivitas, akan mengganggu pelayanan dalam penyebaran firman Tuhan, bahkan akan cenderung malakukan dosa.
Jemaat Tuhan yang dikasihi Allah, bahwa Kiamat adalah hak Tuhan, kalau kita revewie kembali peristiwa Sodom dan Gumora, Abrham menanyakan malaikat suruhan Allah, yang memberitahukan akan pemusnahan Sodom dan Gumora, karena masyarakat di sana sudah tidak percaya lagi kepada Tuhan. Perlakuan kafir disana sini. Hal-hal yang dilarang atau tidak dinginkan Tuhan dilakukan dengan bebas seolah sudah biasa, dan tidak ada lagi batas-batas yang dilarang, membunuh sesama, menjalimi sesama, saling memperkosa dan merampas dan merampok, merupakan kehidupan yang biasa. Lalu Abraham bertanya kepada maikat Tuhan, "kalau ada yang percaya 20 orang, akan kah Tuhan membinasakan mereka?" Jawab Tuhan, “Tidak”. Abraham bertanya lagi, "kalau ada yang percaya 10 orang, akan kah Tuhan membinasakan juga?" Jawab Tuhan,” tidak” Lalu Abaraham bertanya kembali, "kalau hanya lima orang yang percaya, akan kah Tuhan membinasakan mereka?" Jawaban Tuhan, “tidak”. Oleh sebab itu Saudara yang kekasih, begitu dalam kasih Tuhan kepada manusia, sehingga anaknya yang tunggal diberikan kepada kita agar kita selamat dari dosa.
Saudara, dalam nama Tuhan Yesus, gejala alam adalah sesuatu yang pasti dan tidak ada seorang pun yang mampu memprediksi secara pasti, kapan akan terjadi bencana, seperti gunung meletus, longsor dan tsunami. Tetapi Tuhan memberi khidmad kepada manusia, untuk memelihara alam sekitar agar semuanya terjadi bukan untuk membinasakan manusia, tetapi menjadi berkhidmat menjaga kelestarian alam. Para Ilmuan mencoba memecahkan teka-teki tentang issu “Kiamat 2012” bahwa kejadian itu merupakan siklus ratusan tahun. Dalam penelitian, terpisahnya Sumatera Jawa dan Kalimntan adalah karena peristiwa yang sama kira-kira delapanratus tahun yang lalu. Hal yang sama diperkirakan akan terjadi tahun 2012. Menurut sumber, pencahayaan matahari akan sempurna, sehingga panas yang sampai ke bumi menjadi sangat efektif akibat menipisnya penetrasi panas seperti ozon dan ditambah efek rumah kaca. Akibatnya Es Abadi yang berada di kutub akan mencair, mengakibatkan naiknya permukaan laut. Gejala ini sudah kelihatan di daerah-daerah yang ditutupi es selama ini, sudah semakin menipis karena semakin mencair akibat peningkatan panas bumi. Semuanya akibat keserakahan dan dosa manusia yang tidak memikirkan kepentingan orang lain juga kepentingan Tuhan dalam mengasihi mausia..
Saudara, Surat Apostel Paulus yang kedua kepada Jemaat Tessalonika, menekankan kepada jemaat agar tidak bergabung dengan mereka yang tidak  mau melakukan pekerjaanya atau tugasnya, karena hal itu tidak dikehendaki Tuhan, tetapi jangan membenci mereka, kita harus menganggab mereka Saudara. Pesan ini disampaikan kepada mereka yang masih percaya akan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali, atau dalam pengetian lain “Kiamat”
Saudara dalam kasih Tuhan Jesus Kristus, Kalau kita baca Surat Paulus yang pertama ke jemaat Korintus, menjelaskan tentang Kiamat, yang disebut Suara Nafiri yang terakhir, bahwa seorang Kristen perlu mempersiapkan diri, agar didalam kematian yang kita alami kelak kita alami pada hari penghakiman tidak mempunyai noda bagi Tuhan. Pada saat bunyi nafiri yang terakhir (gambaran akhir jaman), Tuhan akan merobah yang hidup dan yang sudah mati dengan kecepatan sekejap mata, dari material yang dapat busuk menjadi material yang tidak dapat busuk. Rahasia awal proses penghakiman yang terakhir, secara jelas diberitahukan oleh Tuhan kepada manusia. Agar manusia itu mau mempersiapkan diri, sebelum berbunyi nafiri yang terakhir. Peringatan ini merupakan gambaran kasih Tuhan kepada makhluk ciptaannya, yang menggambarkan kasih setia Tuhan kepada manusia. Tidak pernah berhenti sampai pada akhir jaman. Oleh sebab itu orang yang percaya kepada kasih Tuhan yang tidak akan pernah berakhir, Umat Tuhan tidak akan pernah risau menghadapi issu kiamat kapan pun karena janji Tuhan mengasihi umatnya sampai kapan pun. Maka orang percaya yakin akan janji Tuhan. Memberikan peringatan kepada dunia merupakan implementasi kasih kepada yang dikasihi, maka kitapun tidak perlu berhenti untuk melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai hamba Tuhan, tetapi kita mempersiapkan diri dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan oleh Tuhan dan melakukan segala bentuk dan tanggung jawab yang diinginkan Tuhan agar dalam menghadapi kematian dan kiamat kita tidak bernoda di hadapan Tuhan…………………. Amen. (st.br)